Citra Prabowo, Jabatan Jokowi-Ahok!
Jokowi. Sosok walikota solo yang tenar berkat keberhasilan dia
memindahkan PKL di solo tanpa konflik, dan mobnas esemka hasil karya
anak SMK di Solo. Namanya langsung mencuat keatas permukaan, bak
selebritis lip-sync yang tiba-tiba tenar melalui Youtube.
Dari ketenaran yang sebentar itu, banyak sekali pujian-pujian terhadap
jokowi, sampai-sampai (katanya) dinobatkan sebagai walikota terbaik
versi Mayor Foundation. Hasil investigasi, ternyata mayor foundation ini
hanya sebuah LSM yang tidak begitu ‘diakui’ kredibilitasnya. Sama
seperti Indonesian Idol. Pemilihan gubernur terbaik versi mayor
foundation ini didasarkan pemilihannya berupa pooling. Siapapun boleh
mencalonkan siapa saja di mayor foundation ini. dan voting dilakukan
oleh juri2 yang ada di mayor foundation ini, tidak berdasarkan statistik
kinerja atau keberhasilan program, tapi kepopuleran.
Dengan kepopulerannya itu, merangsang Prabowo untuk mengusung dirinya di
DKI 1. Jokowi yang lugu, mengiyakan ajakan tersebut. Dengan hanya
berbekal kemampuan “mendekati rakyat’, Jokowi diusung oleh partai
Gerindra dan Pdi-P. Jokowi sendiri adalah Kader PDI-P.
Prabowo memanfaatkan kepopuleran jokowi ini sebagai ‘bahan’ untuk
mengembalikan citra dia yang rusak akibat kasus Tahun 1998. Dia
manfaatkan jokowi, untuk perbaikan citra dan supaya kembali dipercaya,
dekat dengan para pengusaha tionghoa yang begitu membencinya.
Lalu, dengan cerdiknya prabowo mencari sosok etnis dari tionghoa, agar
dapat dikendalikan untuk mendekati para pengusaha tionghoa. Ya, prabowo
mendapatkan orangnya. Ahok. Ahok adalah anggota DPR-RI yang masa
jabatannya baru 2,5 tahun. Sebelumnya dia adalah anggota DPRD selama 7
bulan, mundur untuk maju jadi bupati belitung timur yang hanya berumur
16 bulan. Kemudian dia maju untuk jadi Gubernur Bangka, namun kalah. Di
akhir sebelum mencalonkan diri sebagai cawagub, dia anggota DPR-RI yang
masa jabatannya baru 2,5 tahun.
Rencana selanjutnya dari prabowo adalah, menyetir keduanya. Jokowi
disetir untuk dekati rakyat dengan berbagai cara. Ahok, tidak banyak
dipublikasi. Tugas dia mendekati pengusaha-pengusaha etnis tionghoa,
dengan jaminan keamanan untuk mereka, dan mengembalikan citra prabowo.
Prabowo dengan kekuatan dan optimismenya, dia cari tahu
pengusaha-pengusaha di Jakarta yang kecewa dengan Foke, yang bermasalah
dengan Foke.
Beberapa pengusaha dia dekati, seperti Djan Farid, menpera yang
berkepentingan menguasai Pasar tanah abang blok A dan B yang sekarang
bermasalah dengan Pemda DKI karena melanggar perjanjian pengelolaan
pasar tanah abang tersebut, pemda dirugikan.
Pengusaha lainnya Edward Suryajaya, pengusaha besar zaman order baru yang ingin merebut penglolaan kawasan Bandar Kemayoran.
Disamping itu, ada prijanto, mantan wagub DKI Jakarta yang kabur karena
sering malu, mungkin karena sering menjanjikan kelancaran proyek-proyek
besar di Jakarta, namun secara prosedural selalu di tolak Foke.
Misalnya, Dj*r*m Group yang ingin memasang LED Super besar di Sudirman
yang ditolak oleh Foke, karena memang di lokasi tersebut tidak boleh ada
reklame. Lalu, Dj*r*m grup tersebut kongkow dengan Prijanto, dan
prijanto sendiri ‘menjanjikan’ bisa mengkoordinir Foke untuk kelancaran
proyek tersebut. Namun, tetap Foke tolak. Mungkin jika jokowi menang,
LED super besar pesanan Dj*r*m Grup bisa saja terpampang di Sudirman.
Nanti kita buktikan sendiri (jika jokowi menang).
Mungkin tidak sampai disitu saja, banyak pengusaha-pengusaha yang sudah dijanjikan kelancaran proyeknya di Jakarta.
Jika jokowi menang, prabowo akan dengan optimis dapat melaju ‘tanpa
beban’ di pilpres 2014. Dengan menjamin keamanan dan kelancaran kepada
para pengusaha, itu sudah menjadi timbal balik dan secara langsung citra
dia menjadi baik kembali. Dengan begitu dia bisa juga memanfaatkan
pengusaha-pengusaha tersebut untuk menanamkan modalnya untuk mendukung
dia di pilpres 2014.
Tidak hanya itu, Prabowo yang menyetir Jokowi-Ahok dalam berbagai
keputusan strategis dan non strategis ‘memungkinkan’ meraup triliunan
rupiah dari APBD Jakarta untuk kampanye pilpres 2014. Dan isue bahwa
jokowi akan bersanding menjadi cawapres di 2014 mendampingi Prabowo bisa
saja terjadi. Kejadian yang sama akan terjadi pula dengan saat ini.
Jokowi akan meninggalkan jabatannya untuk jabatan yang lebih tinggi.
Prabowo butuh pencitraan.
Jokowi dan Ahok, gila jabatan.
No comments:
Post a Comment